Sejarah Batik Yogyakarta

Seni Batik Tradisional dikenal sejak beberapa abad yang lalu di tanah Jawa. Bila kita menelusuri perjalan perkembangan batik di tanah Jawa tidak akan lepas dari perkembangan seni batik di Jawa Tengah. Batik Jogja merupakan bagian dari perkembangan sejarah batik di Jawa Tengah yang telah mengalami perpaduan beberapa corak dari daerah lain.

Perjalanan “Batik Yogya” tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti 1755. Begitu Mataram terbelah dua, dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri, busana Mataram diangkut dari Surakarta ke Ngayogyakarta maka Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang busana baru dan pakaian adat Kraton Surakarta berbeda dengan busana Yogya.

Di desa Giyanti, perundingan itu berlangsung. Yang hasilnya antara lain , Daerah atau Wilayah Mataram dibagi dua, satu bagian dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB II di Surakarta Hadiningrat , sebagian lagi dibawah kekuasaan Kanjeng Pangeran Mangkubumi yang setelah dinobatkan sebagai raja bergelar Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Ngalaga Ngabdul Rachman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang jumeneng kaping I , yang kemudian kratonnya dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Semua pusaka dan benda-benda keraton juga dibagi dua. Busana Mataraman dibawa ke Yogyakarta , karena Kangjeng Pangeran Mangkubumi yang berkehendak melestarikannya. Oleh karena itu Surakarta dibawah kekuasaan Sri Paduka Susuhunan PB III merancang tata busana baru dan berhasil membuat Busana Adat Keraton Surakarta seperti yang kita lihat sampai sekarang ini.

Ciri khas batik gaya Yogyakarta , ada dua macam latar atau warna dasar kain. Putih dan Hitam. Sementara warna batik bisa putih (warna kain mori) , biru tua kehitaman dan coklat soga. Sered atau pinggiran kain, putih, diusahakan tidak sampai pecah sehingga kemasukan soga, baik kain berlatar hitam maupun putih. Ragam hiasnya pertama Geometris : garis miring lerek atau lereng , garis silang atau ceplok dan kawung , serta anyaman dan limaran.Ragam hias yang bersifat kedua non-geometris semen , lung- lungan dan boketan.Ragam hias yang bersifat simbolis erat hubungannya dengan falsafah Hindu – Jawa ( Ny.Nian S Jumena ) antara lain : Sawat Melambangkan mahkota atau penguasa tinggi , Meru melambangkan gunung atau tanah ( bumi ) , Naga melambangkan air , Burung melambangkan angin atau dunia atas , Lidah api melambangkan nyala atau geni.

Sejak pertama sudah ada kain larangan. Setiap Sultan yang bertahta berhak membuat peraturan baru atau larangan-larangan.

Terakhir, Sri Paduka Sultan HB VIII membuat peraturan baru ( revisi ) berjudul Pranatan dalem bab namanipun peangangge keprabon ing Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Djokjakarta No 19. th 1927, Yang dimaksud pangangge keprabon ( busana keprabon ) adalah : kuluk ( wangkidan ), dodot / kampuh serta bebet prajuritan, bebet nyamping ( kain panjang ) , celana sarta glisire ( celana cindhe , beludru , sutra , katun dan gelisirnya ), payung atau songsong.

Motif batik larangan : Parang rusak ( parang rusak barong , parang rusak gendreh <>

Semua putra dalem diperbolehkan mengenakan kain-kain tersebut di atas. Busana batik untuk Permaisuri diperbolehkan sama dengan raja. Garwa ampeyan dalem diizinkan memakai parang rusak gendreh kebawah. Garwa Padmi KG Pangeran Adipati sama dengan suaminya. Garwa Ampeyan KG Pangeran Adipati diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Demikian pula putra KG Pangeran Adipati. Istri para Pangeran Putra dan Pangeran Putra Raja yang terdahulu ( Pangeran Putra Sentananing Panjenengan dalem Nata ) sama dengan suaminya . Garwa Ampeyan para Pangeran diperbolehkan memakai parang rusak gendreh ke bawah. Wayah dalem ( cucu Raja ) mengenakan parang rusak gendreh ke bawah. Pun Buyut dalem ( cicit Raja) dan Canggah dalem ( Putranya buyut ). Warengipun Panjenengan dalem Nata ( putra dan putri ) kebawah diperbolehkan mengenakan kain batik parang – parangan harus seling , tidak diperbolehkan byur atau polos.

Pepatih dalem ( Patih Raja ) diperkenankan memakai parang rusak barong kebawah. Abdidalem : Pengulu Hakim , Wedana Ageng Prajurit , Bupati Nayaka Jawi lan lebet diperkenankan mengenakan parang rusak gendreh kebawah. Bupati Patih Kadipaten dan Bupati Polisi sama dengan abdidalem tersebut diatas. Penghulu Landrad , Wedana Keparak para Gusti ( Nyai Riya ), Bupati Anom , Riya Bupati Anom , parang rusak gendreh kebawah.

Abdidalem yang pangkatnya dibawah abdi dalem Riya Bupati Anom dan yang bukan pangkat bupati Anom, yakni yang berpangkat Penewu Tua.

Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga keraton saja. Setiap motif yang terujud dalam goresan canting pada kain batik Yogyakarta adalah sarat akan makna, adalah cerita. Hal inilah yang membedakan batik Yogyakarta dengan batik-batik lain, yang menjaga batik Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.
Batik di bagi ke dalam beberapa kelompok motif, seperti motif bouquet, motif ceplok, motif kawung, motif kelir, motif lereng, motif nitik, motif parang, motif seling, motif sido luhur, motif sogan, motif truntum, motif tumpal, motif udan liris, motif wirasat. Untuk bahan kain, proses pembuatannya, dan jenis produknya di kelompokkan menjadi beberapa kelompok utama, diantaranya :
• Batik Cap
• Batik Cap Sutera
• Batik Tulis Kombinasi Cap
• Batik Tulis Sutera
• Blus Sutera
• Hem Batik
• Kemeja Batik
• Sarimbit

Motif batik tradisional yang dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta
Sekarang batik Yogyakarta dapat digunakan sebagai baju kimono / baju khas Negara Jepang seperti gambar kiri atas. Selain fungsi batik sebagai seni rupa murni, batik juga dapat berfungsi sebagai seni terapan , seperti seragam batik untuk acara pernikahan, seragam batik sekolah, seragam batik kantor, dan seragam batik berbagai keperluan lainnnya. Beberapa dinas-dinas pemerintahan Yogyakarta yang mempasarkan, diantaranya :
• Pemerintah Kota Yogyakarta
• Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
• BKKBC (Badan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Catatan Sipil) Kota Yogyakarta
• BCA (Bank Central Asia) Yogyakarta
• Beberapa BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Yogyakarta
• Dinas Kehutanan Provinsi DIY
Batik (Batik)
Yogyakarta, dikenal sebagai kota batik, baik motif batik klasik maupun modern. Ada 400 motif batik khas Yogyakarta, yaitu :

Motif batik klasik :

Motif Perang
Motif Geometri
Motif Banji
Motif Tumbuhan Menjalar
Motif Tumbuhan Air
Motif Bunga
Motif Satwa dalam alam kehidupan dan lain-lain

Industri batik bisa ditemui di wilayah DIY, yaitu :

No. Lokasi Produksi Daerah Produksi
1. Kota Yogya Tirtodipuran, Panembahan, Prawirotaman .
2. Bantul Wijirejo, Wukirsari dan Murtigading .
3. Kulonprogo Hargomulyo, Kulur dan Sidarejo .
4. Gunung kidul Nitikan dan Ngalang .

 

Batik Solo

 

Solo Sebuah kota di Jawa tengah yang masih lekat sekali dengan budaya Jawa. Dengan slogan SOLO the Spirit of Java.Solo bertekad terus menjaga dan melestarikan budaya jawa.


Kota Solo memang merupakan salah satu tempat wisata belanja kain batik terkenal di Indonesia. Di sini banyak sekali terdapat sentra kain batik, yang tersohor antara lain kawasan Kampung Batik Laweyan dan kawasan Kampung Wisata Batik Kauman.Batik adalah salah satu produk kota dan telah menjadi Icon kota solo.khas batik solo sudah di kenal di seluruh Indonesia dan menjadi produk andalan export.

Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
————————————————————————-

Kampung Batik Laweyan

 Laweyen adalah salah satu sentral Batik di Solo. Kampung ini Tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kapung ini dan menjadi icon Batik Solo

       Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Laweyan. Sejak abad ke-19 kampung ini sudah dikenal sebagai kampung batik. Itulah sebabnya kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung juragan batik yang mencapai kejayaannya di era tahun 70-an. Menurut Alpha yang juga pengelola Batik Mahkota,

Jalan-jalan yuk

Beringharjo merupakan satu kesatuan dari sebuah lingkaran proses kehidupan antara keraton dan alun-alun. Ada pemerintahan, tempat berkumpul dan tempat jual beli.

 

 

 

 

Sejarah Pasar Beringharjo sendiri berawal ketika Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat baru berdiri tahun 1758. Sang Sultan pun mencari lokasi di sekitar keraton dan dipilihlah tempat yang kala itu merupakan hutan beringin. Maka dari itu dinamakan Beringharjo dimana Bering merupakan pohon beringin dan Harjo merupakan makmur. Kira-kira terjemahan bebasnya adalah pasar yang akan selalu memberikan kemakmuran dan keberkahan bagi para warganya.

 

 

 

Sejak itulah Pasar Beringharjo terus berkembang sampai sekarang yang berdampingan persis dengan Malioboro, salah satu ikon nya kota Yogyakarta. Karena lokasinya itulah hampir tiap hari tidak pernah sepi oleh pengunjung. Yang paling menarik dan ramai pengunjung adalah sisi pasar bagian barat yang menjual berbagai macam jenis batik. Dari baju, kaos, kain batik, sarimbit, semuanya ada disini.

 

 

 

,” Hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional biasanya penuh banget Den, terutama disini, tempat penjualan batik,” kata Bu Sri Ningrum, pedagang batik di pasar ini. Sempat kaget juga dipanggil Den, bagaikan anak seorang raja, ternyata penyebutan nama ”Den Bagus” – laki2 dan ”Den Ayu – perempuan di Pasar Beringharjo sudah merupakan kebiasaan untuk menghormati para tamu yaang berbelanja.

 

Berbagai jejamuan, bunga untuk sesaji dan sejenisnya juga tersedia disini, terutama di sisi pasar bagian timur. Kalau memperhatikan banyaknya orang jualan bunga dan sesaji di Pasar Beringharjo menunjukkan masih banyaknya orang Yogya yang memegang erat adat-istiadat dimana dalam satu satu rangkain tersebut menggunakan bunga

 

 

Bagi anda yang suka koleksi barang-barang kerajinan antik baik dari bambu, kayu atau bahan lain silakan naik ke lantai 3. Melihat koleksi barang-barang antik disini menjadi bingung untuk memilih mana yang harus dibeli. Ke Yogya tidak mampir ke Pasar Beringharjo, ibarat minum air hanya setengah gelas…belum sempurna.

 

Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta

Beringharjo Beringharjo Beringharjo Beringharjo


PASAR BERINGHARJO

Pasar Beringharjo telah digunakan sebagai tempat jual beli sejak tahun 1758. Tawarannya kini kian lengkap; mulai dari batik, jajanan pasar, jejamuan, hingga patung Budha seharga ratusan ribu.

Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar ‘Catur Tunggal’ (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.

Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama ‘Beringharjo’ sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.

Bagian depan dan belakang bangunan pasar sebelah barat merupakan tempat yang tepat untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, dapat dijumpai brem bulat dengan tekstur lebih lembut dari brem Madiun dan krasikan (semacam dodol dari tepung beras, gula jawa, dan hancuran wijen). Di sebelah selatan, dapat ditemui bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue basah seperti hung kwe dan nagasari. Sementara bagian belakang umumnya menjual panganan yang tahan lama seperti ting-ting yang terbuat dari karamel yang dicampur kacang.

Bila hendak membeli batik, Beringharjo adalah tempat terbaik karena koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga miring dapat dijumpai di sekitar eskalator pasar bagian barat.

Berjalan ke lantai dua pasar bagian timur, jangan heran bila mencium aroma jejamuan. Tempat itu merupakan pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-rempah. Bahan jamu yang dijual misalnya kunyit yang biasa dipakai untuk membuat kunyit asam dan temulawak yang dipakai untuk membuat jamu terkenal sangat pahit. Rempah-rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk coklat pada cappucino).

Pasar ini juga tempat yang tepat untuk berburu barang antik. Sentra penjualan barang antik terdapat di lantai 3 pasar bagian timur. Di tempat itu, anda bisa mendapati mesin ketik tua, helm buatan tahun 60-an yang bagian depannya memiliki mika sebatas hidung dan sebagainya. Di lantai itu pula, anda dapat memburu barang bekas berkualitas bila mau. Berbagai macam barang bekas impor seperti sepatu, tas, bahkan pakaian dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga aslinya dengan kualitas yang masih baik. Tentu butuh kejelian dalam memilih.

Puas berkeliling di bagian dalam pasar, tiba saatnya untuk menjelajahi daerah sekitar pasar dengan tawarannya yang tak kalah menarik. Kawasan Lor Pasar yang dahulu dikenal dengan Kampung Pecinan adalah wilayah yang paling terkenal. Anda bisa mencari kaset-kaset oldies dari musisi tahun 50-an yang jarang ditemui di tempat lain dengan harga paling mahal Rp 50.000,00. Selain itu, terdapat juga kerajinan logam berupa patung Budha dalam berbagai posisi seharga Rp 250.000,00. Bagi pengoleksi uang lama, tempat ini juga menjual uang lama dari berbagai negara, bahkan yang digunakan tahun 30-an.

Jika haus, meminum es cendol khas Yogyakarta adalah adalah pilihan jitu. Es cendol Yogyakarta memiliki citarasa yang lebih kaya dari es cendol Banjarnegara dan Bandung. Isinya tidak hanya cendol, tetapi juga cam cau (semacam agar-agar yang terbuat dari daun cam cau) dan cendol putih yang terbuat dari tepung beras. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur. Harga minuman pun tak mahal, hanya sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 2000.

Meski pasar resmi tutup pukul 17.00 WIB, tetapi dinamika pedagang tidak berhenti pada jam itu. Bagian depan pasar masih menawarkan berbagai macam panganan khas. Martabak dengan berbagai isinya, terang bulan yang legit bercampur coklat dan kacang, serta klepon isi gula jawa yang lezat bisa dibeli setiap sorenya. Sekitar pukul 18.00 WIB hingga lewat tengah malam, biasanya terdapat penjual gudeg di depan pasar yang juga menawarkan kikil dan varian oseng-oseng. Sambil makan, anda bisa mendengarkan musik tradisional Jawa yang diputar atau bercakap dengan penjual yang biasanya menyapa dengan akrab. Lengkap banget pokoknya.

 

Model Baju Batik Masa Kini :)

Pada saat ini dunia fashion selalu mengalami perubahan terutama dalam hal busana, ini tidak bisa dipungkiri sekarang begitu banyak jenis-jenis busana saat ini. Tren gaya Busana meliputi busana muslim, baju kerja, Model busana batik, baju hamil dan busana pesta acara resmi, pada busana tersebut pasti sangat di perhatinkan para individu untuk mendapatkan tampilan yang menarik dan nyaman di lihat oleh orang sekeliling.
Kali ini kita akan memberikan sedikit informasi mengenai model baju batik yang modern, dan kita sebagai anak indonesia harus bangga dengan hasil karya kita karna baju batik ini asli dari Indonesia, jadi kita jangan malu-malu untuk memakai nya, dan juga saat ini sudah begitu banyak perubahan pada baju batik sehingga cocok buat anak muda, tentu saja akan membuat penampilan kita lebih enak di lihat. dibawah ini ada beberapa foto design baju batik.

 

 

Motif Batik Pakem Tetap Jadi Idola

Ilustrasi: batik, warisan budaya yang sudah diakui UNESCO

Meski motif batik kontemporer membanjiri pasar terutama dari China, selera konsumen tetap pada motif pakem. Hal itu terlihat dari tingginya permintaan motif pakem yang mengalir ke sentra batik tulis Giriloyo, Imogiri Bantul.

“Batik motif pakem masih jadi idola. Motif-motif tradisional tersebut masih dianggap unik dan menarik oleh konsumen. Mereka bahkan merasa belum memakai batik kalau motifnya tidak pakem,” kata Darjiyah, salah seorang perajin di Giriloyo, Rabu (25/8/2010).

Beberapa motif pakem tersebut adalah parang, sidomukti, pringgodani, dan semenrono. Motif pakem atau klasik justru disenangi masyarakat kalangan menengah ke atas. Selain motifnya konsumen juga masih menyukai warna sogan, yang juga warna pakem batik. Padahal warna batik yang membanjiri pasar justru warna-warni.

Hargai Batik Lebih Mahal dari Prada :)

JAKARTA – Peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh pada Minggu ini, 2 Oktober 2011, hendaknya menjadi momentum untuk mengangkat karya adiluhung bangsa tersebut ke level lebih tinggi. Dengan demikian, batik tidak sekadar wujud fisik busana khas, tetapi juga menjadi citra diri bangsa, termasuk filosofi yang terkandung di dalamnya. Harapan ini disampaikan sejumlah desainer dan kalangan pemerhati batik di Tanah Air.Dalam pandangan mereka, penetapan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) tidak boleh berhenti pada pengakuan. Sebaliknya, justru mendorong semua pihak untuk melakukan karya nyata yang bisa memperkuat pengakuan itu. Musa Widyatmodjo,desainer senior Indonesia dan pengurus APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia),misalnya, melihat citra batik di dunia saat ini masih sebatas salah satu dekorasi tekstil yang cukup banyak dibuat di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Hasil ini berbeda jika dibandingkan dengan kimono yang identik dengan Jepang atau kain sari yang lekat dengan India. “Bahwa semua orang bisa dan sudah memakai batik.Itu betul. Tetapi, apakah semua orang di dunia ini sudah tahu bahwa batik identik dengan Indonesia? Belum tentu.Nah,inilah pekerjaan rumah yang harus sama-sama kita kerjakan,’’ ujarnya saat dihubungi SINDOkemarin. Menurut dia, upaya mengangkat citra batik lebih tinggi sangat tergantung apresiasi masyarakat Indonesia sendiri untuk mendorong filosofi batik ini menjadi suatu kekuatan Indonesia. Dia menyebut, masyarakat masih menghargai batik lebih rendah ketimbang baju Prada, tas Gucci, atau Hermes. Padahal,jika mengetahui kualitas atau cara pembuatannya, harga batik jauh lebih mahal dibanding produk merekmerek tersebut. “Bagaimana filosofi batik itu menunjukkan citra diri bangsa kalau masyarakatnya sendiri belum mengapresiasinya dengan maksimal,’’ tandasnya. Pemilik Musa Atelier ini kemudian menandaskan, filosofi batik tidak serta-merta menggambarkan citra diri bangsa karena akan terlalu dangkal jika citra diri bangsa hanya dilihat dari filosofi batik. Citra diri bangsa itu lebih terletak pada bagaimana masyarakat suatu negara bisa mengapresiasikan hasil karya dalam negeri secara maksimal. Selama ini hal itu belum terlihat. Priyo Oktaviano, desainer Indonesia yang fokus pada konten Nusantara, berharap citra batik semakin terangkat.Tidak sekadar di Indonesia, tapi juga sudah semakin terangkat ke dunia internasional. Menurut dia, pengakuan UNESCO belum cukup mampu mengangkat batik pada citra lebih tinggi. ‘’Tentu kita tidak bisa berhenti pada pengakuannya saja karena nanti akan mematikan kreativitas. Harus ada usaha yang berkesinambungan untuk melestarikan batik,dan itu datang dari semua pihak. Jangan berhenti hanya pada ajang World Batik Summit,tapi juga ada program-program lain yang sifatnya berkesinambungan,’’ katanya. Dia menyebut ragam modifikasi batik turut membantu perkembangan batik sehingga batik kian luas dipakai oleh berbagai kalangan mulai dari anak kecil sampai orang tua. Pemahaman tentang batik harus digencarkan agar orang mengerti sejarah batik, bagaimana filosofinya, kenapa harganya bisa mahal, dan sebagainya. ‘’Ini ikut mendorong citra batik itu sendiri,‘’ kata pemilik label SPOUS by Priyo Oktaviano yang rancangan syal batiknya pernah dipakai Michelle Obama saat berkunjung ke Indonesia ini. Lenny Agustin, desainer muda Indonesia pemilik label LENNOR by Lenny Agustin, sepakat batik perlu dipromosikan lebih luas agar benarbenar bisa mendunia dan semua orang di dunia itu tahu di mana pusat batik, bagaimana batik itu berasal, dan sebagainya. Dengan demikian, dunia tahu Indonesia memiliki satu ciri khas kain tradisional yang unik, punya banyak sekali motif dengan aneka ragam budaya di dalamnya. Sementara itu, desainer kawakan Edward Hutabarat malah punya cita-cita yang lebih ambisius. “Sudah bukan saatnya lagi batik dikenal sebagai kain atau busana,tapi batik harus bisa mengangkat budaya dan turisme. Jadi bukan kain batik yang ditonjolkan,melainkan kehidupan di balik batik, termasuk kota batik yang tidak hanya menyajikan batik,tapi juga kuliner, kekayaan seni, serta alam,”ujarnya. Bagi pria yang akrab dipanggil Edo ini, batik tidak sekadar wujud fisik busana khas Indonesia, melainkan terdapat proses panjang, cita rasa, dan estetika yang dibalut dengan perasaan dalam pembuatannya.Setiap goresan cantik dalam proses pembuatan batik melibatkan segenap emosi dan membawa banyak aspek kehidupan maupun lingkungan sekitarnya. “Dan mencintai batik bukan hanya dengan mengenakan batik sebagai busana sehari- hari,melainkan mengenal batik dengan lebih dekat, melihat secara langsung kehidupan dan cerita di balik pembuatan batik,” tambah Edo yang tak lelah melakukan perjalanan, eksplorasi, serta riset ke kota-kota batik. Pada 2 Oktober ini Indonesia memperingati Hari Batik Nasional.Perayaan Hari Batik Nasional ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah UNESCO pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya nonbendawi. Sebagai bagian peringatan Hari Batik Nasional, sejumlah acara terkait batik digelar. Paling istimewa adalah ada rangkaian event berskala internasional, World Batik Summit (WBS) 2011. Acara tersebut akan ditutup Minggu ini,bertepatan dengan Hari Batik Nasional, menggulirkan wacana Indonesia merupakan ”Rumah Batik Dunia’’. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan WBS 2011 menyebut, di luar aspek budaya, ekonomi, dan lingkungan,batik bisa menjadi sarana untuk mengenalkan Indonesia ke dunia luar. Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam melestarikan dan mengembangkan batik.

Batik adalah Bendera Indonesia

Presiden SBY resmi membuka World Batik Summit di JCC, Rabu (28/9) pagi. (foto: abror/presidensby.info)
Presiden SBY resmi membuka World Batik Summit di JCC, Rabu (28/9) pagi. (foto: abror/presidensby.info)

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono membuka Pertemuan Puncak Batik Sedunia atau World Batik Summit (WBS), di Ruang Cendrawasih Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (28/9) pagi. Summit ini sendiri akan berlangsung enam hari hingga 2 Oktober mendatang.

Acara dibuka dengan penyampaian laporan Ketua Panitia Dodi Supardi yang menjelaskan bahwa penyelenggaraan WBS merupakan tindak lanjut dari pengukuhan batik sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco tahun 2009. “Penyelenggaraan World Batik Summit ini diharapkan dapat membangun antusiasme batik secara internasional dan mendukung praktisi dan para pecinta batik di seluruh,” ujar Dodi.

Perwakilan dari Unesco, Prof Hubert, menyampaikan bahwa pengukuhan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia hanyalah salah satu dari banyak sekali warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. “Pengukuhan ini merupakan salah dari empat yang dipunyai Indonesia dalam daftar tersebut, bersama wayang dan keris yang dikukuhkan tahun 2008 dan juga angklung yang dikukuhkan tahun lalu,” kata Hubert.

Sedangkan Joop Ave, pemrakarsa WBS, mengatakan bahwa Indonesia sudah sepantasnya bangga pada batik sebagai identitas Indonesia. “Di manapun di dunia, bendera Indonesia ibaratnya adalah bendera batik,” kata Joop Ave, mantan Menteri Pariwisata. Di tengah-tengah sambutannya Joop Ave mempersilakan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu untuk menyerahkan buku batik dan cetak biru pelestarian dan pengembangan batik nasional 2012-2025.

Presiden SBY sendiri memulai sambutannya menyampaikan hal senada dengan Joop Ave bahwa batik identik dengan Indonesia. “Meskipun batik ada di banyak negara, tetapi –saya barangkali subjektif, kalau bicara batik maka lekat dengan seni budaya Indonesia,” ujar Presiden SBY.

Penting bagi Indonesia untuk mengembangkan dan melestarikan batik, bukan hanya dalam konteks sebagai warisan budaya dunia yang bersifat tak benda. “Tetapi mari kita letakkan pula dalam dimensi yang lebih lengkap, meliputi aspek ekonomi, budaya, lingkungan, dan diplomasi,” SBY menejlaskan.

Kepala Negara berharap agar WBS dapat digunakan untuk mencapai tujuan melestarikan dan mengembangkan batik serta membangun dan memperkuat kerja sama dan kemitraan di antara semua pemangku kepentingan, termasuk dengan negara sahabat. “Satu lagi saya titip bahwa semua yang kita lakukan ini akhirnya harus bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat kita, termasuk peningkatan penghasilan perajin batik,” SBY menegaskan.

Usai sambutannya, Presiden SBY memukul alat musik bambu sebagai tanda dibukanya WBS, dengan didampingi Menbudpar Jero Wacik, Mendag Mari E Pangestu, dan Joop Ave. Presiden bersama Ibu Ani kemudian berkeliling tempat pameran untuk meninjau hasil-hasil kerajinan batik dari seluruh Indonesia.

 

“Dialog Damai” Papua lewat batik ala Jimmy

Dialog damai untuk menyelesaikan segala persoalan di Papua telah lama disampaikan pengusaha Batik Port Numbay, Jimmy Hendrick Afaar melalui batik Papua karyanya.

“Motif-motif yang dituangkan dalam batik saya, berasal dari beragam budaya masyarakat Papua, baik di pegunungan maupun pesisir dan kota,” katanya dalam perbincangan dengan ANTARA di Abepura, Jumat.

Ia menuturkan, motif-motif batiknya terinspirasi peninggalan-peninggalan arkeologi yang ada di daerah Papua, seperti burung cendrawasih, motif kamoro (simbol patung berdiri), motif sentani dan adapula motif yang divariasikan dengan sentuhan garis-garis emas dan dinamakan batik prada.

Bahkan ada pula motif ikan, tempat sirih serta alat musik tifa. “Kami juga menampilkan motif kebudayaan 250 suku yang ada di Papua,” ujarnya.

Melalui motif-motif dalam batik karyanya, pria usia 50 tahun tersebut ingin mengingatkan kembali masyarakat dan warga Papua untuk kembali berdialog, bermusyawarah untuk menyelesaikan segala persoalan yang kini berkembang di Papua.

“Perempuan jika sudah memegang tifa, itu artinya perdamaian harus dikedepankan. Dulu jika ada masalah, kita bermusyawarah, berdialog di para-para, bale desa. Bukan angkat senjata,” kata Jimmy.

“Maka melalui batik ini, saya ingin mengingatkan, mengimbau mari kita masyarakat dan warga Papua, baik di pesisir maupun pegunungan duduk bersama untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di Papua,” tuturnya menambahkan.

Pemerintah menyerukan dialog konstruktif untuk mencari solusi terbaik dan komprehensif atas segala persoalan di Papua.

Apa itu motif ?

Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon batik daerah Cirebondan daerah INDONESIA lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departeman kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage.’

Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai ke manca negara. Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah dijadikan cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda bernama Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam motifnya. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) menyatakan bahwa:

Motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Pernyataan ini tidak bermaksud membatasi bagaimana motif megamendung diproduksi, tapi lebih kepada ketidaksetujuan penggunaan motif megamendung untuk barang-barang yang sebenarnya kurang pantas, seperti misalnya pelapis sandal di hotel-hotel.

 

Sejarah motif

Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.

Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.

Unsur motif

Motif megamendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Dalam perkembangannya, motif megamendung mengalami banyak perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung dikombinasi dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif megamendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi berbagai macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.

Previous Older Entries